Jumat, 04 Juli 2014

Air Mata Istri yang Mengubah Suami

Diposting oleh Hey Ra di 23.26 0 komentar
Air Mata Istri yang Mengubah Suami
Air Mata Istri yang Mengubah Suami (ilustrasi © syaamilquran.com)
Mereka dulunya adalah aktifis dakwah, saat masih menjadi mahasiswa. Di jalan dakwah pula mereka kemudian menikah.
Kehidupan pernikahan mereka indah pada awalnya. Namun bulan-bulan yang terus berlalu hingga hitungan tahun berganti, membuat keduanya mulai berhadapan dengan problem ekonomi. Sang suami, sambil meneruskan kuliah pasca sarjana, berusaha bekerja apa saja. “Yang penting halal,” prinsipnya. Dari menjadi tukang ojek, jualan kripik, hingga jualan berbagai makanan ringan.

Kisah Umar bin Khattab ‘Mengusir’ Dua Lelaki Tampan

Diposting oleh Hey Ra di 23.24 0 komentar
Ilustrasi Kisah Umar bin Khatab
Ilustrasi 2 burung © longwallpapers.com
Salah satu kebiasaan Khalifah Umar bin Khatab adalah berkeliling ke berbagai pelosok Madinah untuk mengetahui kondisi rakyatnya secara nyata. Dan malam itu, Umar mendengar sebuah bait ‘aneh’ yang disenandungkan seorang wanita.
“Adakah jalan untuk minuman keras
Dan aku akan meminumnya
Atau adakah jalan kepada Nashr bin Hajjaj?”

Kisah Janda Pemalu yang Membuat Kagum Ahli Ilmu

Diposting oleh Hey Ra di 23.23 0 komentar
foto ilustrasi © alarabiya.net
foto ilustrasi © alarabiya.net
Abdullah bin Abu Bakar merasa sangat haus. Sahabat Nabi yang berperan penting dalam hijrah Rasulullah dan Abu Bakar itu tidak memiliki air untuk meneruskan perjalanan. Untunglah, saat itu ia sudah dekat dengan sebuah rumah yang ternyata dihuni oleh seorang wanita.
Abdullah bin Abu Bakar meminta minum kepadanya. Sang wanita tersebut kemudian membawakan segelas air untuknya. Akan tetapi ia hanya berdiri di balik pintu. “Menjauhlah dari,” kata wanita tersebut, “suruhlah anak kecil untuk mengambil air ini, sebab aku adalah wanita yang hidup sendiri. Suamiku telah meninggal beberapa waktu yang lalu.”
Abdullah kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambilkan air itu untuknya. Abdullah yang terkenal sebagai sahabat yang dermawan, segera mengambil sesuatu. “Nak, tolong kau berikan uang ini kepada wanita itu,” kata Abdullah kepada anak kecil tersebut.

Kisah Santriwati Menentang Cadar

Diposting oleh Hey Ra di 23.21 0 komentar
Kisah santriwati menentang cadar
wanita bercadar – ilustrasi © ddhongkong.org
Mambaus Sholihin. Mungkin pondok pesantren putri yang berbasis di Suci, Manyar, Gresik ini adalah satu-satunya pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) yang mewajibkan santriwatinya memakai cadar. Jika suatu Anda saat lewat di jalan raya yang menghubungkan Bunder dan Manyar, mungkin Anda akan terkejut karena banyak menjumpai gadis-gadis muslimah memakai cadar. Rata-rata berwarna hitam. Ya, merekalah santriwati pondok pesantren Mambaus Sholihin putri.
Diwajibkan memakai cadar ketika keluar pondok dengan alasan menghindari fitnah, segera ditaati oleh seluruh santriwati. Meskipun awalnya mereka tidak terbiasa, mereka memahami bahwa ada kebaikan dalam aturan baru yang dikeluarkan oleh pesantren. Mengingat, di seberang jalan ada pondok pesantren putra, baik Mambaus Sholihin maupun pesantren lainnya. Dengan tidak memperlihatkan wajah, maka tidak ada santri yang tertarik atau jatuh cinta dengan santriwati. Tidak bisa lagi dibedakan mana santriwati yang cantik, dan mana santriwati yang wajahnya biasa-biasa saja. Namun, tidak demikian dengan salah seorang santriwati, sebut saja namanya Laila.
Laila tidak mau memakai cadar. Ia beralasan, wajah bukan aurat yang harus ditutup. Kalau berkerudung memang untuk menutup rambut yang merupakan aurat. Tetapi memakai cadar?
Ia pun mengkritisi kebijakan itu. Ia berani beradu argumen dengan ustadz dan ustadzah untuk mempertahankan diri bahwa tidak semestinya ia diharuskan memakai cadar.
Waktu berlalu, tahun berganti. Laila dan teman-temannya pun lulus dari pesantren. Dan seperti yang mereka pahami, cadar hanyalah kebijakan pesantren sewaktu nyantri. Saat mereka telah lulus dan kembali ke kampung halamannya, mereka tak lagi memakai cadar seperti sebelumnya.
Diposting oleh Hey Ra di 23.20 0 komentar
ilustrasi wanita bercadar © triggy.com
ilustrasi wanita bercadar © triggy.com
Kisah ini terjadi pada abad pertama hijriyah, di zaman tabi’in.
“Wahai suamiku, adakah di Makkah ini laki-laki yang jika melihat wajah cantikku ini ia tidak tergoda?” tanya seorang istri kepada suaminya, sambil bercermin. Ia sangat mengagumi kecantikan yang terpantul di kaca itu.
“Ada.”
“Siapa?”

Kisah Gigi Ulama Jadi Bara Api Gara-Gara Tusuk Gigi

Diposting oleh Hey Ra di 23.18 0 komentar
dzikir - ibrahimradiodotcom
dzikir – ilustrasi © ibrahimradio.com
Pria itu sangat miskin. Kemiskinan membuatnya nekat mencari nafkah dengan mencuri kain kafan. Hari itu ia mengincar sebuah makam ulama yang belum lama dikubur. Ia berharap kafan yang dipakai membungkus jasad sang ulama adalah kain kafan terbaik, rangkap tiga.
Di tengah kesunyian malam, pria itu membongkar makam tersebut. Dan ternyata benar. Kain kafan sang ulama berlapis-lapis. Lapis pertama berhasil ditariknya. Lapis kedua juga berhasil ditariknya. Namun saat menarik kafan lapis ketiga, ia merasakan berat yang sangat. Rupanya tangan ulama itu menggenggam erat kafan tersebut.

Kisah Gadis Muslimah London, Selamat dari Pembunuhan Berkat Al Qur’an

Diposting oleh Hey Ra di 23.16 0 komentar


muslimah london - aquila-styledotcom
ilustrasi Muslimah London © aquila-style.com
Kisah nyata ini dialami oleh seorang gadis Muslimah asal Arab yang tinggal di London. Suatu hari ia memenuhi undangan temannya hingga tengah malam. Meski rumahnya jauh, ia harus pulang malam itu juga.
“Naik bus saja ya. Meski agak lama tapi relatif lebih aman daripada kereta (subway). Di sini sering terjadi tindak kejahata dan pembunuhan di malam hari, apalagi di stasiun bawah tanah yang biasanya sepi,” temannya menasehati ketika ia berpamitan pulang.
Gadis muslimah ini hanya berpikir bagaimana caranya agar ia cepat sampai di rumah. Karenanya ia memutuskan naik kereta api. Dan ternyata benar. Stasiun sepi. Di ruang tunggu, ia melihat seorang laki-laki yang mencurigakan. Hanya mereka berdua yang ada di sana. Sempat takut, tapi ia kemudian cepat menenangkan diri. Ia berlindung kepada Allah dan membaca surat-surat Al Qur’an yang dihafalnya. Ia pun berhasil melewati laki-laki tersebut dengan aman, lalu naik kereta dan tibalah ia di rumahnya.
Keesokan harinya, gadis Muslimah ini dikejutkan dengan berita pembunuhan yang ia baca di surat kabar. Pembunuhan itu terjadi di stasiun yang sama, persis lima menit setelah kepergiannya meninggalkan stasiun itu. Di berita itu juga disebutkan, polisi berhasil menangkap pembunuhnya.
Penasaran dengan peristiwa itu, ia datang ke kantor polisi untuk melihat siapa pembunuhnya. Ternyata pelaku adalah laki-laki yang telah dilihatnya semalam. Setelah meyakinkan polisi, ia diberikan kesempatan bertanya kepada laki-laki tersebut.
 

- Preconscious -ooh_rara